Telah berapa lama kita hidup dan telah berapa banyak energi yang kita pakai dari kehidupan ini, menghirup udara, meminum air, menyerap sinar matahari, memakan yang tumbuh? jika selama itu kita telah memakainya, apa istilah untuk energi yang masih belum terpakai selain sisa? Ya, energi tersisa itulah yang kita pakai hingga detik ini.
Yang namanya sisa, pasti udah ngga utuh lagi wujudnya, sudah tidak lengkap lagi jumlahnya; sebab sudah ada yang hilang karena terpakai, sudah ada yang lenyap karena diserap, dan sudah banyak yang punah karena gak' tergantikan. Energi yang kita habiskan untuk masa bayi dan balita, menyisakan energi pada masa remaja. Energi yang kita habiskan untuk masa dewasa, menyisakan energi pada masa tua. Itulah sisa, yang kita pakai dalam wujud tak utuh lagi, dalam jumlah tak lengkap lagi. Lantas, darimana datangnya alasan bahwa kita masih akan hidup beribu tahun, bahkan abadi di kehidupan dunia ini? Darimana sisa-sisa kehidupan pasca usia tua kita dapatkan, jika saat itu semua energi yang tersimpan dalam diri kita telah kita lepaskan untuk kehidupan masa lalu? Darimana kita kais kesempatan yang udah redup, jika cahaya pada lampu kehidupan kita telah habis minyaknya?
Memakai yang tersisa, itulah satu-satunya logika kehidupan kita hari ini. So, dengan logika ini mestinya tak ada alasan menghamburkan energi kita untuk momentum yang tak berguna. Kita justru khawatir, dan harus tetap merasa khawatir, karena logika "memakai yang tersisa" ini selalu meneror kita dengan satu pertanyaan: apakah minyak kehidupan kita habis justru saat sisa-sisa cahaya itu masih cukup terang untuk memandu langkah kita ke jalan yang lebih baik. taken from Annida
(tuh to pikir baik-baik)
Yang namanya sisa, pasti udah ngga utuh lagi wujudnya, sudah tidak lengkap lagi jumlahnya; sebab sudah ada yang hilang karena terpakai, sudah ada yang lenyap karena diserap, dan sudah banyak yang punah karena gak' tergantikan. Energi yang kita habiskan untuk masa bayi dan balita, menyisakan energi pada masa remaja. Energi yang kita habiskan untuk masa dewasa, menyisakan energi pada masa tua. Itulah sisa, yang kita pakai dalam wujud tak utuh lagi, dalam jumlah tak lengkap lagi. Lantas, darimana datangnya alasan bahwa kita masih akan hidup beribu tahun, bahkan abadi di kehidupan dunia ini? Darimana sisa-sisa kehidupan pasca usia tua kita dapatkan, jika saat itu semua energi yang tersimpan dalam diri kita telah kita lepaskan untuk kehidupan masa lalu? Darimana kita kais kesempatan yang udah redup, jika cahaya pada lampu kehidupan kita telah habis minyaknya?
Memakai yang tersisa, itulah satu-satunya logika kehidupan kita hari ini. So, dengan logika ini mestinya tak ada alasan menghamburkan energi kita untuk momentum yang tak berguna. Kita justru khawatir, dan harus tetap merasa khawatir, karena logika "memakai yang tersisa" ini selalu meneror kita dengan satu pertanyaan: apakah minyak kehidupan kita habis justru saat sisa-sisa cahaya itu masih cukup terang untuk memandu langkah kita ke jalan yang lebih baik. taken from Annida
(tuh to pikir baik-baik)