Ibda binafsika, dimulai dari diri sendiri. Apa yang harus kita mulai dari diri sendiri? Semuanya. Sejak awal, semuanya kita mulai dari diri kita. Sebelum kita menjelajahi tempat-tempat yang jauh di bumi ini, kita memulainya dengan gerakan jatuh-bangun, merangkak, lalu jatuh lagi, di tempat kita berdiri. Alhasil, jarak yang jauh terbentang itu bukanlah masalah, karena sejak dini kita telah memulainya dari diri sendiri.
kitalah yang memulai segalanya, sementara orang di sekitar kita sekadar memberi pancingan saja. Proses ini memberi pelajaran bahwa kalau kita ingin orang lain mendukung diri kita, mulailah dukungan itu dari diri kita. Soalnya, segala sesuatu dalam hidup ini punya abjad, dan abjad A-nya berada dalam diri kita. Kitalah pencipta dukungan itu yang kemudian diterima oleh orang lain untuk diperkuat. So, kalau kita berbuat sesuatu lalu orang lain tidak bereaksi, jangan cepat-cepat bilang "tidak ada yang mendukung", sebab bisa jadi persoalannya adalah "dukungan itu belum kita ciptakan, jadi bagaimana orang mau memberikan dukungannya".
Kalau kita ingin seluruh dunia berwarna biru, misalnya, tindakan yang kita lakukan bukanlah dengan menyuruh semua orang bmemakai baju berwarna biru sambil mengecat semua tembok dan jalanan dengan cat biru. Ini tentu susah dan bermasalah. Yang mudah adalah, pakai saja kacamata berwarna biru. So, kita akan melihat seluruh duina berwarna biru. Ini sama saja ketika kita ingin seluruh dunia harum. Caranya bukan dengan menyemprotkan parfum ke seluruh jagat raya ini. Cukup sapukan setetes minyak wangi di hidung kita, maka semuanya akan tercium harum.
Nah, akhirnya, Ibda Binafsika juga berarti memperlakukan siapa saja sama seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kalau kita tidak ingin disakiti, seperti itu jugalah keinginan orang lain. Kita pasti tidak akan menyakiti orang lain, kalau kita mulai untuk tidak menyakiti orang lain dari diri kita sendiri; GA OMDO, BASA-BASI, SOK MENASIHATI, FORMALITAS, APALAGI TIPU MUSLIHAT.
kitalah yang memulai segalanya, sementara orang di sekitar kita sekadar memberi pancingan saja. Proses ini memberi pelajaran bahwa kalau kita ingin orang lain mendukung diri kita, mulailah dukungan itu dari diri kita. Soalnya, segala sesuatu dalam hidup ini punya abjad, dan abjad A-nya berada dalam diri kita. Kitalah pencipta dukungan itu yang kemudian diterima oleh orang lain untuk diperkuat. So, kalau kita berbuat sesuatu lalu orang lain tidak bereaksi, jangan cepat-cepat bilang "tidak ada yang mendukung", sebab bisa jadi persoalannya adalah "dukungan itu belum kita ciptakan, jadi bagaimana orang mau memberikan dukungannya".
Kalau kita ingin seluruh dunia berwarna biru, misalnya, tindakan yang kita lakukan bukanlah dengan menyuruh semua orang bmemakai baju berwarna biru sambil mengecat semua tembok dan jalanan dengan cat biru. Ini tentu susah dan bermasalah. Yang mudah adalah, pakai saja kacamata berwarna biru. So, kita akan melihat seluruh duina berwarna biru. Ini sama saja ketika kita ingin seluruh dunia harum. Caranya bukan dengan menyemprotkan parfum ke seluruh jagat raya ini. Cukup sapukan setetes minyak wangi di hidung kita, maka semuanya akan tercium harum.
Nah, akhirnya, Ibda Binafsika juga berarti memperlakukan siapa saja sama seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kalau kita tidak ingin disakiti, seperti itu jugalah keinginan orang lain. Kita pasti tidak akan menyakiti orang lain, kalau kita mulai untuk tidak menyakiti orang lain dari diri kita sendiri; GA OMDO, BASA-BASI, SOK MENASIHATI, FORMALITAS, APALAGI TIPU MUSLIHAT.