Menurut mantan KABAKIN alm. Z.A. Maulani, terdapat istilah false flag dalam sebuah operasi intelijen. False flag adalah kegiatan atau operasi yang dilakukan suatu pihak sehingga dampak kejadian itu bakal diarahkan ke pihak yang dikehendaki. Dengan kata lain, false flag dilakukan untuk menebar fitnah atau citra negatif kepada pihak yang dikehendaki.
Khusus dalam kasus Bom Bali II ini, beberapa kejanggalan yang mengarah pada false flag terungkap dalam sebuah acara ‘To days dialogue’ Metro TV yang dipandu reporter Najwa Shihab dengan menampilkan pakar intelijen Juanda, Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Soenarko D Ardanto. Beberapa kejanggalan yang sempat didialogkan dalam diskusi itu adalah; Pertama, hasil rekaman video amatir koleksi keluarga yang menunjukkan detil pelaku bom Bali. Kalo itu video keluarga, kok bisa nge-shoot gerak-gerik pelaku yang saat ini diakui Polri sebagai tersangka secara detil. Dari duduk, berjalan hingga bom diledakkan. Layaknya kameramen film yang sengaja dan dibayar untuk merekam adegan sang aktor.
Kedua, mengapa hasil video itu yang telah diberikan pada pihak keamanan Indonesia itu justru datang dari Australia.
Ketiga, beberapa hari sebelum terjadi ledakan, para pecalang (keamanan adat Bali) telah mengingatkan para turis akan ada ledakan.
Dan yang keempat, beberapa hari sebelum kejadian beberapa masyarakat juga memperingatkan turis untuk tak memasuki daerah itu.
Selain kejanggalan di atas, perhatian AS dan Australia akan tragedi ini gede banget. Hingga Amerika Serikat, Kamis (6/10), mengumumkan tawaran hadiah berupa uang sebesar US$ 10 juta atau sepuluh milyar rupiah bagi setiap informasi yang dapat menunjukkan di mana keberadaan tersangka utama peledakan bom di Bali tahun 2002 lalu. (Hidayatullah, 07/10/05).
Dan Menlu Australia, Downer juga mengatakan bahwa Australia akan memberikan santunan senilai US$770 ribu (sekitar Rp7,7 miliar) untuk pemulihan ledakan Bali. Nggak lupa mendesak pemerintah Indonesia untuk melarang organisasi Jamaah Islamiyah yang mereka sinyalir aktor dibalik tragedi Bom Bali I dan II. (Kaltim Post, 05/10/05).
Apalagi, masih menurut pengamat intelijen, Juanda, ada kepentingan tinggi pihak Australia kepada Indonesia dalam hal ini. Kabarnya, beberapa menit setelah peristiwa pengeboman beberapa aparat intelijen Australia sudah langsung sampai di lokasi dan ikut menginvestigasi di TKP. (Hidayatullah.com, 04/10/05). Mungkinkah ada indikasi false flag di tragedi Bom Bali? Bisa jadi.
14.10.05
Subscribe to:
Posts (Atom)